Kamis, 19 Oktober 2017

A Memory to Remember


Yupz, lama tidak posting. Buka-buka laptop dan nemu potongan-potongan ketikan. Jadilah postingan ini. Tulisan ini diketik dalam beberapa waktu yang terpisah, dulu dan sekarang ini. Bisa dibilang ini semi latepost, lah.  And, here it is.
Ini  semacam catatan kehamilan, a glace to the past, yang diketik ketika usia kehamilan pertamaku 31st weeks + 5 days.

Yup, aku hamil! Tepatnya sudah sekitar 31 minggu. Ini adalah hal yang mempesona: mengingat berbagai peristiwa yang telah kami lalui bersama. Kami panggil dia "gram", janin montok yang sekarang ini sedang gemar berguling dan menendang (dan kadang-kadang cegukan juga). Saat ini dia sedang meninju dan menendang rahim yang mungkin sudah mulai terasa sempit, apalagi posisi mengetik sambil duduk ini membuat ruang geraknya memendek.

Gram adalah janin yang aktif. He is a superb! Sebelum usia 20 minggu pun sudah terasa gerakan-gerakannya. Bukan gerakan kecil seperti setengah bermimpi, bukan pula gerakan lembut menggelitik yang sering digambarkan orang sebagai "kupu-kupu di dalam perut", melainkan gerakan seperti tonjolan tonjolan kecil berkedut yang nampak hingga permukaan. Masih jelas dalam ingatan ketika usia gram 18-19 minggu. Malam itu tiba-tiba aku terbangun. Ah, pukul 2.20. Ada yang bergerak-gerak di dalam perut. Beberapa gerakan menggelinding yang ritmis. Gerakan-gerakan yang nyata-nyata bukan berasal dari perutku sendiri. Untuk pertama kalinya aku tersadar bahwa ada makhluk yang hidup dan berkembang di sana. Sesosok makhluk yang memiliki kehidupannya sendiri, memiliki pikiran dan perasaannya sendiri. Beberapa menit yang menakjubkan itu membuatku menangis. Betapa sebelumnya aku membiarkannya tumbuh seorang diri, bahkan hampir bisa dibilang melupakannya. Ah, aku tidak bisa tidur lagi untuk sisa malam itu. Terlalu terkesima menyadari kehadiran janin mungil yang berguling-guling di dalam sana.

Kebiasaan gram untuk bangun pada dini hari masih terus berlanjut hingga 31 minggu. Semoga dia bermaksud mengajak ibunya bertahajud. Semakin bertambah usia, semakin kuat dan semakin sering gerakannya. Rasanya bergulung-gulung. Jemari tangannya terasa mengggelitik dan membuat geli. Kupikir luar biasa sekali bahwa kaki semungil itu mampu menciptakan tendangan-tendangan yang demikian kuat. Perut menjumbul tidak karuan, peyot kiri, perot kanan. Terkadang gerakannya terasa menggeleser pelan, tahap demi tahap. Namun kali lain berubah menjadi lonjakan-lonjakan yang cepat dan kuat.

Hm, gram terbilang manis. Mungkin bakal menjadi easy baby. Sejak awal kehamilan, gram sedikit sekali rewel. Hanya beberapa kali muntah. Itu pun ketika dia tidak mau makan sesuatu, tetapi kupaksa makan juga. Alhasil aku muntah satu atau dua kali. Namun begitu, bau yang menjadi favorit adalah bau nangka muda seukur kepalan tangan dan rasa yang nikmat adalah kulit jambu biji yang setengah mentah.

Gram juga sehat. Perjalanan demi perjalanan dia lalui dengan tangguh. Agenda pertama di awal kehamilan berbarengan dengan idul fitri yang diwarnai dengan silaturahmi kesana kemari. Dari pukul 07.00 hingga pukul 23.30 malam. Mungkin usianya belum ada empat minggu waktu itu, pun tidak banyak yang tahu keberadaannya. Hanya aku, mas, dan bapak ibu. Lain waktu, di usianya yang 28 minggu, aku dan mas mengajaknya jalan-jalan ke pantai di Jogja. Kami bertiga berangkat bersama, berboncengan di atas motor mas yang semestinya sudah harus diservis. Kami disambut hujan di sepanjang perjalanan, dari Magelang hingga Sleman. Dibungkus jas hujan. Sesampai di Jogja, hari sudah malam. Kami asyik singgah di tenda nasi goreng pinggir jalan, baru kemudian meluncur ke pantai. Di pantai itu kami bersenang-senang. Ombak menggulung badan, mungkin terasa juga oleh gram. Sampai saat ini, masih banyak kisah yang belum kuceritakan padamu, nak.