Hari ini kubuka lembar-lembar kenangan tentangmu hingga akhirnya kutatap selembar kertas ini. Kertas berlipat dan kekuningan yang mengabadikan tulisanmu bertahun lalu.
---------------------------------------------------
Doa menjelang fajar
21 Oktober 2010
Aku menyebutmu dengan alim
Bicara lewat sapaan mata berkaca
Mengelus dada yang sempat kauelus saat mataku terpejam sementara
Aku mengajakmu dengan solih
Menyapa bayang-bayang sakinah esok
Mengelus dada dengan syukur
Buka lembaran putih setelah lama terkotori zaman
shohib
---------------------------------------------------
Puisi itu banyak berbicara, tapi bahkan sorot matamu berbicara lebih banyak lagi. Tidak kuingat kenangan peristiwa yang menyertainya. Hanya itikad belajar bersama untuk mencapai sakinah kelak.
---------------------------------------------------
ArIf, di pelukan ku
Atas nama temanmu yang ketakutan karna ludah mereka yang tak bertanggungjawab
Aku cinta kau karna ku kenal sakitmu
Ku minum dan secangkir kopi pahit setiap pagi
Campuran gula dari pahitmu ku masukkan di akhir pekan
Senyummu berjuta keluh keluar
Aku siap mengantikan rasa sakitmu tuk hari nanti
Agar kau bisa minum kopi manisku
Dan tersenyum bahagia
Karna ku cinta karna sakitmu
-----------------------------------------------------------
Ah... yang satu ini tidak dapat kulupakan, begitu pun dengan dirimu. Detail-detailnya yang halus masih terngiang bahkan hingga sekarang. Rupanya sudah enam tahun berlalu sejak pertama kali kupandang kamu.